Minggu, 27 Juni 2010

arsitektur romawi








Jembatan Saluran Air (Aqiiaduct) dan Jembatan

Konstruksi pelengkung, betul-betul membuat perkembangan arsitektur berubah relatif cepat, dari kolom-balok atau Order-Ylinani, menjadi pelengkung sejak jaman Romawi. Berbagai bangunan tersebut di atas. menjadi bukti sejarah dari kecenderungan ini.



Dalam pengembangan wilayah jajahan Roma, konstruksi pelengkung sangat berperan terutama dalam membangun jembatan dan jembatan saluran air (aqueduct). Salah satu konstruksi luar biasa besarnya, dibangun pada Jaman Romawi adalah Pont du Grand di Nimes, Perancis (14 M), berupa konstruksi jembatan, bagian dari saluran air scpanjang 40 Km, mengalirkan air dari Uzes ke Nimes. Panjang aqueduct 268.83 M, membentang setinggi 47.24 M di alas permukaan sungai dan lembali.

Jembatan terdiri dari tiga tingkatan, masing-masing berbeda bentangan dan lebar pelengkung. Terbesar dan terlebar paling bawah bawah, menjadi tumpuan yang di atas. juga untuk jembatan kendaraan dan manusia. Pelengkung terlebar pada bagian ini. selebar sungai, yaitu 24.50 M, semuanya pada bagian ini ada 5 buah. Deretan pelengkung di atasnya ada 9 buah, masing-masing lebarnya berbeda, tergantung yang ada di bawahnya. paling lebar 24.50 M, terpendek 15.30 M. Yang teratas relatif jauh lebih kecil, semua lebarnya sama. sebanyak 36 buah.




129. 130.

Pont du Grand di Nimes. Perancis (14 M), lukisan mendusnrkan pada rekonstruksi (atas) dan foto dari bagian yang masih utuh (bawah).

Aqua Claudia di Roma (38 M), juga menjadi bukti sejarah dari peranan sistem konstruksi pelengkung dalam pengembangan wilayah, dalam hal ini berupa saluran air, panjang 72 Km. mengalirkan air dari Subiaco ke Roma. Sebagian saluran dalam konstruksi pelengkung berderet sepanjang 15.20 Km, tinggi rata-rata 30 M, 48 Km lainnya melintas pada lembah.



131.

Aqua Claudia di Roma (38 M).

Tiga jembatan masing-masing di-bangun tlalam kurun waklu dan ternpat berbeda yaitu Mulvius di Roma (109 SM.), Tiganus di Alcantara, Spanyol (105-106) dan Augustus di Rimini, juga mcnjadi btikti scjuruli dari peranan pelengkung dalam pengetnbangan wilayah Romavvi. Bentangan, lebar pe­lengkung dan ketinggian dari permukaan air masing-masing jembatan berbeda, semuanya hingga kini niasiii beiTungsi.







132. 133. 134.

Jembatan Mulvius, Roma (190 SM) (atas), Jembatan Tiganus, Alcantara, Spanyol (105-106 M) (tengah) dan Jembatan Augustus di Rimini, Itali (14-20 M).

Sistcm Konstruksi Pclengkung Romawi

Telah disebut di atas, bahwa pe-lengkung merupakan konstruksi yang khas, berpengaruh besar, bahkan sangat menentukan dalam arsitektur Romawi. Berbagai bangunan dikemukakan di depan mulai dari kuil, thermae hingga saluran air tidak dapat berdiri dengan kuat tanpa konstruksi pelengkung. Bahkan monumen-monumen khas Romawi bentuk yang dominan adalah pelengkung. Kekuatan dan keindahan pelengkung dibuktikan dengan berbagai arsitektur Romawi dibangun ada yang duaribu tahun lalu, saat ini masih berdiri.

Pelengkung merupakan sistem konstruksi dua dimensional, menyalurkan gaya merata ke dalam pelengkung. Bila di-kombinasikan menjadi sistem tiga dimensional atau ruang, maka menjadi kubah yang me­nyalurkan gaya secara merata pada setiap bagi-annya. Selanjutnya ditemukan pula konstruksi kubah dengan "pelengkung patah silang diagonal" atau vault rib sering pula disebut intersecting vault. Elemen Yunani kolom dan balok atau entablature, dalam arsitektur Romawi hanya menjadi dekorasi, dalam pintu, pintu gerbang, jendela dan tidak sedikit pula dalam jeiidela mati.

Sscara prlnsip, konstruksi pelengkung dan kubah tidak dapat berdiri tanpa perancah, yaitu semacam cetakan berupa konstruksi pendukung biasanya dari kayu, yang bila sudah kering dan kuat dilepas. Keuntungan atau kelebihan dari konstruksi pelengkung antara lain tidak diperlukan batu monolit yang besar, seperti pada konstruksi Order-Yunani. Dengan demikian, bentangan lebar tanpa kolom ditengah dapat berdiri dengan sistem kubah, yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kolom dan balok.

135.

Sistem perancah dalam konstruksi pelengkung.


136.

Beton1 dari semen, namun tidak memakai tulangan, sudah dikenal dalam konstruksi Romawi, baik sebagai perekat maupun pengisi.


137.

Konstruksi pelengkung dan kubah dalam arsitektur Romawi. Legenda: A. Setengah kubah pada Thermae Agripa. B.Sudut dari sebuah pelengkung di Basilica Constantine. C. Setengah kubah pada Thermae Caracalla. D. Pelengkung pada central hall Thermae Caracalla. E Pelengkung patah silang pada Thermae Diocletian. F. Pelengkung pada Minerva Medica di Roma.

Beton bahart bangunan campuran semen, pasir dan kerikil diaduk dengan air, karena sifat kifhiawi menjadi keras setelah kering.

1 komentar:

  1. Keren informasinya... sayang masih ada kesalahan dalam penulisan kata.

    BalasHapus